Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2007

Aksi Bersih Sampah Suaka Margasatawa Muara Angke

Latar Belakang Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA), merupakan kawasan konservasi di ujung utara Jakarta. Sebagai ekosistem hutan mangrove yang habitat aslinya berada di daerah muara, kawasan ini mau tidak mau selalu mendapat masukan sampah yang mengalir bersama aliran kali menuju Teluk Jakarta. Letak geografis alami kawasan ini berada di ujung pertemuan dua kali besar, yaitu Ciliwung dan Angke. Sampah yang mengalir di kali Angke merupakan salah satu pengancam utama kelestarian ekosistem mangrove Jakarta. Dinas Kebersihan DKI Jakarta menyebutkan bahwa produksi sampah Jakarta mencapai 6.000 ton per hari. Jumlah sampah terangkut sekitar 85 %. Sekitar 15 % atau 900 ton per hari tidak terangkut. Diperkirakan jumlah sampah yang dibuang ke sungai mencapai 25 % nya atau sekitar 225 ton per hari. Jumlah sampah ini adalah kondisi normal. Pada musim hujan, jumlah ini akan bertambah karena aliran sungai yang meluap menggelontorkan sampah-sampah yang ditimbun di tepian sungai menuju Teluk Jakarta.

Sudah Merdeka?

Merdeka ... ? ya, merdeka sering kau dengar kawan tapi, apa kau pahami belum, sayang... belum! 57 tahun yang lalu, merdeka, sudah dikobarkan bangsa Indonesia merdeka, telah diraih bangsa kita tapi sekarang lihat ... ! lihat kiri kananmu! semu ... semu ... merdeka adalah ungkapan kuno pendahulu kita! hanya tinggal kenangan karena, Indonesia belum merdeka! Kok bisa? cermati kiri kananmu kawan! perkosaan, pembunuhan, korupsi, kekerasan, penindasan segala bidang! apakah itu yang kau sebut merdeka? sehina itukah merdeka? apa bedanya dengan penjajahan? sebiadab itukah merdeka? Tidak ...! aku yakin tidak kawan! merdeka, hal termulia harapan manusia merdeka, dasar hidup manusia merdeka itu nyata, bukan ilusi belaka! Aku mau merdeka! di tanahku, Indonesia kawan, maukah kau mewujudkannya? demi kejayaan dan kemakmuran negeri kita selamanya! sekali merdeka, tetap merdeka! Puisi ini salah satu masterpiece saya dan karya yang saya buat untuk konsumsi publik. Diterbitkan dalam buku berjudul " Pu

Pariwisata Indonesia, Serahkan Pada Ahlinya

Istilah outsourcing atau pengelolaan oleh pihak ketiga, bukanlah hal yang aneh lagi di dunia bisnis khususnya perusahaan swasta. Kini beberapa perusahaan negara juga telah menerapkan konsep ini namun belum sebanyak perusahaan swasta. Pengelolaan perusahaan dengan cara ini sangatlah menguntungkan. Betapa tidak, penghematan pengeluaran untuk pengadaan sumber daya manusia dan sumber daya perusahaan adalah janji yang diberikan dengan menerapkan outsourcing . Kini beberapa perusahaan besar Jakarta memanfaatkan pihak ketiga yang menyediakan persewaan kendaraan. Harga sewa ini tentunya jauh lebih murah dibanding kalau perusahaan harus membeli kendaraan sendiri. Belum lagi masalah perawatan kendaraan selama pemakaian. Hitung saja berapa biaya perbaikan untuk sekian unit kendaraan. Dengan memanfaatkan jasa pihak ketiga, masalah perawatan sudah termasuk dalam perjanjian kerjasama. Jadi perusahaan tidak usah pusing lagi. Satu janji yang sangat menguntungkan. Contoh outsourcin

Memerdekakan Papua

Papua pasti bukanlah nama yang asing lagi bagi kita sejak dipopulerkan oleh Gus Dur di era pemerintahannya untuk menggantikan nama Irian. Papua adalah pulau dengan sejuta pesona. Tanah perjanjian yang diberkati Tuhan dengan kelimpahan kekayaan alam hayati dan non hayati, kekayaan budaya, serta beragam misteri yang belum terungkap sampai sekarang. Sebuah pulau dengan kekayaan alam luar biasa yang mampu mensubsidi hampir 50% devisa negara ini. Namun, kondisi warga aslinya sangat jauh dari layak. Sangat mengenaskan. Pernahkah kita mencoba memikirkan negara ini sampai ke sana? Ada sebuah film yang diangkat dari sebuah kisah nyata tentang keadaan masyarakat pedalaman Papua. Banyak dari anda pasti sudah pernah mengetahuinya. Ya, film itu berjudul Denias, Senandung di Atas Awan . Film ini berkisah tentang perjuangan seorang anak pedalaman untuk pintar. ”Denias, ko harus sekolah. Karena gunung takut dengan orang sekolah” ujar mama Denias. Kalimat sederhana itulah yang memicu Denias untuk

Hai Tanahku Papua

Judul tersebut tentu tidak asing lagi bagi anda yang pernah berhubungan dengan berbagai isu tentang Papua. Hai Tanahku Papua adalah volkslied (lagu kebangsaan) yang ditulis pada tahun 1930-an oleh Izaak Samuel Kijne, seorang misionaris Belanda yang juga menyusun lagu di buku pujian Nyanyian Rohani. Lagu kebangsaan ini pernah diusung oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai lagu kebangsaan Republik West Papua. Beberapa kali pernah santer diangkat sebagai usaha pemisahan diri OPM dari Negara Kok Republik Indonesia (NKRI). Saat ini, mari kita tepis itu semua. Tulisan ini hanya untuk berbagi informasi yang saya miliki saja. Sebagai pengayaan pengetahuan kita. Lagu Hai Tanahku Papua ini sangat jarang diperdengarkan karena masuk dalam lagu terlarang oleh pemerintah NKRI. Jadi tidak banyak orang yang tahu. Lirik lagu ini ditulis dalam bahasa Indonesia dan Belanda, yang disajikan dalam 7 bait. Sampai sekarang saya masih heran, mengapa lagu ini sampai dilarang. Kalau dicermati, s

Pesan Khusus

Oleh : Pendeta Jan H. Rapar Seorang buruh bangunan yang bekerja di lantai atas suatu bangunan, ingin menyampaikan pesan khusus kepada temannya yang bekerja di bawah, di pelataran bangunan itu. Ia mencoba berteriak, tetapi temannya tidak dapat mendengar teriakkannya karena suara yng bagitu ribut dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja di sekitarnya. Oleh karena itu ia mengambil “batu kecil” dan menjatuhkannya sehingga mengenai tubuh temannya. Karena merasa sakit, temannya itu pun melihat ke atas. Setelah melihat temannya mendongak ke atas barulah ia menjatuhkan kertas berisi pesan yang hendak disampaikannya. Seringkali manusia telah dipenuhi dengan berbagai “suara” dalam hatinya dan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga ia tidak dapat mendengar suara Tuhan. Terpaksa Tuhan harus menjatuhkan “batu kecil” sebagai “pesan khusus” yang acapkali begitu menyakiti kita, namun jika kita sudi mendengarkan suara-Nya maka Dia akan menunjukkan belas kasihan dan segala kebaikan

Analogi Sederhana tentang Tuhan

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan. Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada" "Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen. "Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit?? Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi." Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi me

Berpikirlah Sebelum Bertindak

Oleh : Pendeta Jan H. Rapar Konon pada suatu hari, seekor serigala terjerat ekornya. Ia berusaha melepaskan ekornya tapi sia-sia. Akhirnya ia berpikir daripada ia tertangkap lebih baik ia memutuskan ekornya. Di tengah perjalanan kembali ke kelompok teman-temannya, ia berpikir bagaimana agar teman-temannya pun bisa buntung ekornya seperti dia. Akhirnya ia memperoleh gagasan yang bagus! Ketika ia telah berada di tengah-tengah kelompoknya, ia pun langsung angkat bicara! ”Teman-teman, lihat aku sekarang bisa berlari lebih cepat dan merasa begitu ringan dan bebas karena aku telah memotong ekorku! Ekorku itu tidak lebih daripada suatu beban yang sangat merintangi kebebasan kita. Cobalah tiru aku, dan kalian akan merasa betapa indahnya hidup tanpa ekor!” Beberapa serigala muda berpikir bahwa apa yang dikatakan itu memang masuk akal dan oleh karena itu mereka ingin segera memotong ekor mereka. Tiba-tiba seekor serigala tua berkata, ”Teman-teman jangan cepat-cepat bertindak!

Mencari Alasan

Oleh : Pendeta Jan H. Rapar Seekor anak serigala sedang minum air di tepi sebuah sungai kecil. Tiba-tiba ia melihat seekor anak domba lemah yang sedang minum tidak jauh dari tempat ia minum. Timbullah selera serigala itu untuk menyantap domba lemah tersebut, tetapi ia harus mencari alasan yang tepat untuk memangsa domba itu. Serigala itupun lalu berkata kepada anak domba itu, ”Hei mengapa engkau mengotori sungaiku ini?” Anak domba itu menjawab, ”Ampuni aku, karena aku tidak tahu bahwa sungai ini milikmu.” Serigala itupun berkata, ”Bukankah tahun lalu engkau juga yang mengejek aku di tempat ini?” Domba berkata, ”Tahun lalu aku belum lahir. Mungkin itu ibuku!” Serigala itupun berkata, ”Jika demikian, engkau harus membayar kesalahanmu dan kesalahan ibumu!” Serigala itpun menerkam domba lemah itu. Orang yang berhati jahat selalu pandai merangkai berbagai alasan untuk membenarkan kejahatan yang ia perbuat. Sumber : Gema ”Effatha” Minggu, 4 November 2

Mengenal dan Membaca Peta

Peta Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, mulai dari supply listrik di daerah Anda sampai daerah Himalaya yang berbukit-bukit atau sampai kedalaman dasar laut. Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Sebagai contoh, peta berwarna Pulau Marquases dengan pelabuhan yang eksotik seperti Hakapehi di Nuku Niva mungkin kedengaran menarik bagi seseorang. Dengan kata lain, peta yang berisi banyak detail yang menarik dari suatu daerah/wilayah dapat menggoda/menarik orang lain ke wilayah tersebut. Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita untuk men

Jakarta dan Sampahnya

Jakarta adalah propinsi dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar namun memiliki jumlah kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Dampak ikutannya adalah tingginya volume timbulan sampah setiap harinya. Produksi sampah kota Jakarta mencapai 6.000 ton per hari. Produsen sampah kota tersebut, berdasarkan jenis serta persentasenya, antara lain sungai (2 %), pasar temporer (5,5 %), PD Pasar Jaya (7,5 %), industri (15 %), jalan dan taman (15 %), rumah tangga (58 %). Dari pengelompokan tersebut terlihat bahwa sebagian besar sampah kota berasal dari rumah tangga. Persentase sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, kertas, kayu mencapai 65,05 %. Sedangkan sampah non organik seperti plastik, styrofoam dan besi, sekitar 34,95 %. Banyaknya produksi sampah per hari kota Jakarta, menyebabkan penanganannya tidak dapat berjalan secara optimal. Bahkan menimbulkan beberapa permasalahan baru, seperti kegiatan pembuangan sampah di sungai, penimbunan sampah di bantaran sungai. K

Monster Hijau Penjaga Lahan Basah Jakarta

Berbicara tentang lingkungan sepertinya tidak ada habisnya karena banyak topik yang bisa didiskusikan. Tapi, yang paling sering adalah akibat yang ditimbulkannya. Akibat dari lingkungan yang alpa dijaga. Mulai dari banjir, kebakaran hutan, hingga pencemaran udara adalah contohnya. Ketika itu datang semuanya baru teringat. Tapi ketika itu berlalu, sepertinya orang pun alpa menjaganya. Ingat saja peristiwa banjir yang melanda Ibu Kota pada Februari 2007. Ketika itu, Jakarta bagaikan lumpuh. Bukan hanya geliat ekonominya, melainkan juga denyut hari-harinya. Masyarakat merasakan bagaimana hidup dalam ketiadaan. Mulai dari ketiadaan listrik, bahan pangan hingga transportasi. Ketika itu semua berteriak, ”Jagalah lingkungan.” Tapi, adakah yang menyadari bencana banjir pada Februari 2007 adalah salah satu contoh kesalahan tata kelola lingkungan di Jakarta. Antara lain berkurangnya kuantitas dan kualitas lahan basah yang dimiliki Jakarta. Karena itu, belajar dari banjir yang menghantam Jakarta,

Mimpi Pejuang Salak Condet

Jakarta sebagai kota metropolitan, denyut nadinya lekat dengan rutinitas kegiatan politik, pemerintahan dan ekonomi. Kota multi fungsi yang berperan sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi ini mempunyai daya pikat tersendiri bagi warganya. Konsekwensi dari sebuah kota yang menyandang gelar sebagai kota metropolitan tentulah tidak sederhana. Berbagai penyesuaian tata ruang perlu dilakukan untuk mendukung berbagai bentuk kegiatan di dalamnya. Penyesuaian tata ruang ini cenderung berdampak negatif pada lingkungan. Hal yang paling mudah terlihat adalah berkurangnya lahan terbuka hijau. Pengalih fungsian lahan terbuka hijau merupakan kejadian yang dianggap lumrah di Jakarta. Kebijakan pengalih fungsian lahan dengan dalih kepentingan ekonomi dan pemukiman terbukti sangat ampuh untuk melegalkan perubahan fungsi lahan. Satu kejadian alam yang menjadi pengingat kesalahan kita dalam mengelola lingkungan Jakarta adalah banjir Februari 2007. Banjir tahun ini jika dibandingkan dengan peristiwa sebel

Kisah Gelap dan Terang

Pada suatu masa ada dua sosok yang lazim kita jumpai di sekitar kita. Leluhur kita menyebutnya sebagai gelap dan terang. Dua hal yang berlawanan satu sama lain. Sekali peristiwa, gelap bertemu dengan terang di suatu tempat yang disebut bumi. Melihat penampilan terang yang nampak menawan, gelap merasa tertarik untuk melihat tempat asal sang terang. Untuk memenuhi rasa penasarannya, maka gelap pun mengutarakan maksudnya kepada terang. “Terang, bolehlah kiranya aku menengok sebentar tempat asalmu !” “Karena aku kagum dengan kemilaumu.” Terang pun menyanggupi permintaan gelap “Boleh saja engkau melihat rumahku” “Aku berasal dari tempat nun jauh di atas sana” “Sudikah engkau menempuh perjalanan ke langit teratas ?” “Ya, tentu saja, mengapa tidak?” sambut gelap dengan penuh semangat. Maka, tidak lama kemudian, gelap dan terang terbang meninggalkan bumi menuju langit teratas. Setibanya di tempat asal terang, sang gelap merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Semua berkilau mem