Skip to main content

Aksi Bersih Sampah Suaka Margasatawa Muara Angke

Latar Belakang

Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA), merupakan kawasan konservasi di ujung utara Jakarta. Sebagai ekosistem hutan mangrove yang habitat aslinya berada di daerah muara, kawasan ini mau tidak mau selalu mendapat masukan sampah yang mengalir bersama aliran kali menuju Teluk Jakarta. Letak geografis alami kawasan ini berada di ujung pertemuan dua kali besar, yaitu Ciliwung dan Angke.

Sampah yang mengalir di kali Angke merupakan salah satu pengancam utama kelestarian ekosistem mangrove Jakarta. Dinas Kebersihan DKI Jakarta menyebutkan bahwa produksi sampah Jakarta mencapai 6.000 ton per hari. Jumlah sampah terangkut sekitar 85 %. Sekitar 15 % atau 900 ton per hari tidak terangkut. Diperkirakan jumlah sampah yang dibuang ke sungai mencapai 25 % nya atau sekitar 225 ton per hari. Jumlah sampah ini adalah kondisi normal. Pada musim hujan, jumlah ini akan bertambah karena aliran sungai yang meluap menggelontorkan sampah-sampah yang ditimbun di tepian sungai menuju Teluk Jakarta.

Aksi Kepedulian

Untuk mengurangi jumlah sampah yang menumpuk di SMMA, dilakukan beberapa kegiatan aksi bersih sampah secara sukarela yang difasilitasi oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Jakarta Green Monster (JGM) dan Fauna & Flora International - Indonesia Programme (FFI-IP). Peserta yang terlibat dalam aksi bersih sampah sejak Februari 2006 sampai Maret 2007 mencapai 440 orang yang berasal dari berbagai kalangan, seperti warga sekitar SMMA, siswa sekolah, aktifis lingkungan, klub pecinta alam, kalangan profesional sampai pejabat Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Beragamnya latar belakang peserta ini menunjukkan masih adanya sikap peduli dari warga Jakarta pada kelestarian alamnya.

Aksi bersih sampah ini dilaksanakan dari pukul 08.00 – 12.00 WIB. Luasan daerah yang dibersihkan 250 meter persegi. Dari empat kali kegiatan yang dilakukan, telah dikumpulkan 6.000 Kg sampah plastik dan 300 Kg sampah non plastik. Berbagai jenis bentuk sampah plastik dapat ditemukan di kawasan ini. Jumlah sampah terbanyak diperoleh pada Maret 2007 sebulan setelah bencana banjir yang merendam 70 % wilayah Jakarta.

Komposisi sampah plastik mencapai 95 % berupa plastik kemasan produk, plastik kresek. Tingginya penemuan jumlah plastik ini, disebakan oleh sifat kimia plastik yang tidak mudah diurai oleh bakteri pengurai. Sampah plastik tersebut sebagian besar berasal dari rumah tangga. Sedangkan 5 persen nya berupa sampah non plastik seperti kayu, karet, bambu.

Dari ribuan ton sampah DKI Jakarta, 57 persennya berasal dari rumah tangga. Jika dihubungkan dengan jumlah sampah plastik yang ditemukan di SMMA, maka dapat memberikan sedikit gambaran bahwa tingkat ketergantungan warga perkotaan pada plastik masih tinggi. Masalah ini semakin diperparah dengan pengelolaan sampah rumah tangga yang salah urus. Banyak bantaran kali di Jakarta sudah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah akhir. Jika sampah ini sudah tidak tertampung lagi, maka ke kali solusinya.

Tujuan Kegiatan

Aksi bersih sampah ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan SMMA dari sampah, karena keberadaan sampah ini mengancam kelestarian tanaman mangrove dan satwa yang ada di dalamnya. Mengenalkan SMMA kepada warga Jakarta, menumbuhkan kepedulian warga Jakarta pada masalah pencemaran lingkungan serta menumbuhkan rasa melindungi dan menjaga hutan bakau terakhir Jakarta

Tindak Lanjut Kegiatan

Kegiatan bersih sampah ini merupakan salah satu media sosialisasi kepada warga Jakarta bahwa Jakarta masih memiliki kekayaan alam yang patut dilestarikan namun kelestariannya terancam dengan adanya sampah. Dengan adanya kegiatan bersih sampah ini, paling tidak peserta yang ikut terlibat mulai sadar dampak buruk pembuangan sampah secara sembarangan seperti jalan, sungai, taman. Setelah mengetahui dampak buruk sampah khususnya plastik, minimal peserta yang pernah terlibat dapat menyebarkan semangat pengurangan sampah plastik. (aq)

Sumber berita : klik di sini

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...