Skip to main content

Kompetisi Rangkai Bouquet 30 Menit di Sleman City Hall

Sabtu, 8 Januari 2022, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Sleman gelar lomba merangkai bouquet di Sleman City Hall. Lomba ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun GOW ke 67, Hari Ibu ke 93, sekaligus Natal 2021 dan Tahun Baru 2022.

Perlombaan ini mengambil tema Merangkai Bouquet untuk Ibunda. Perlombaan diikuti oleh 17 orang peserta. Menurut penuturan panitia, lomba ini terbuka untuk laki- laki dan perempuan dengan usia minimal 16 tahun. Pada kenyataannya, ke 16 peserta tersebut adalah perempuan.

Juri lomba ini ada tiga orang. Ketiganya adalah profesional di bidang merangkai bunga. Salah satu juri memiliki pengalaman terlibat sebagai tim dekorasi HUT Kemerdekaan di Istana Negara.

Pada perlombaan merangkai bunga pada umumnya, peserta akan mendapat waktu panjang untuk menyiapkan konsep rangkaian dan proses merangkainya. Dalam lomba kali ini, panitia memberi alokasi waktu 30 menit untuk menyiapkan konsep rangkaian dan proses perangkaian.

Keunikan ini ditambah lagi dengan jenis bunga yang disiapkan panitia. Peserta hanya bisa membuka kemasan pembungkusnya setelah ada aba-aba waktu mulai dari panitia.

Dengan kriteria lomba seperti itu tentu para peserta yang terlibat harus memiliki pengalaman merangkai sebelumnya. Pengalaman dan keterampilan peserta sangat diuji dalam lomba ini. Tentu bagi peserta yang sudah berpengalaman akan menjadi arena adu inovasi dan kreatifitas.

Panitia menyediakan 6 hadiah bagi pemenang. Tiga hadiah utama yang terdiri atas tropi, sertifikat dan uang pembinaan. Sedangkan tiga peserta harapan akan mendapatkan tropi dan sertifikat. Hadiah tersebut disediakan oleh sponsor kegiatan.


Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...