Skip to main content

Brak, Bus Kami "Mengunduri" Sepeda

Jarak Bandara Schipol ke Utrecht sekitar 50 Km. Berdasarkan estimasi waktu tempuh di Google Map, rute tersebut dapat dilalui dalam waktu 40 menit. Melihat kondisi jalan yang lapang dan volume lalu lintas yang cenderung lengang tidak heran jarak tersebut bisa ditempuh dengan cepat. Beda ceritanya kalau di Jakarta. Banyak titik kemacetan, banyak sepeda motor yang akan menghambat kelancaran lalu lintas.

Setelah menempuh perjalanan singkat tersebut, kami secara resmi sudah tiba di Utrecht. Bus yang mengantar kami tiba di tempat penginapan. Ada kejadian menarik. Saking panjangnya bus, sang sopir kerepotan untuk putar balik. Kondisi jalan yang sempit dan tidak adanya kenek membuat usaha putar balik ini membutuhkan kerja keras.

Tidak berapa lama sang sopir memaju mundurkan bus, tiba-tiba terdengar suara brak dari arah belakang. Ketika itu suasana kota Utrecht sangat sepi. Kami tiba di Belanda hari Minggu. Dan hari Minggu adalah hari istirahat. Tidak ada lalu lintas sama sekali di dalam kota. Tentu suara tersebut bukan dari pengguna jalan. 

Setelah dilihat ternyata bus kami mundur terlalu jauh sehingga masuk ke parkiran sepeda yang ada di tepi jalan. Alhasil sebuah sepeda menjadi korbannya. Sepeda itu peyok bersama tempat parkir sepedanya. 

Melihat kejadian itu, saya tidak tahu kelanjutan ceritanya. Saya fokus membawa tas koper saya yang besar masuk ke tempat penginapan. Sejak hari itu, kami resmi "menduduki Belanda".  

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda

Impact of Agrarian Change in Indonesia

Indonesia is a country that is facing a number of challenges related to food security and social protection, particularly in the context of agrarian change. On one hand, the country has seen an increase in agricultural productivity and exports, which has contributed to economic growth and development. On the other hand, this agrarian change has also led to a number of paradoxes, including a decline in food security and social protection for many of the country's most vulnerable citizens. One of the main drivers of agrarian change in Indonesia is the expansion of commercial agriculture, particularly in the form of large-scale oil palm and pulpwood plantations. This expansion has brought significant economic benefits to the country, including increased exports, foreign investment, and job creation. However, it has also led to the displacement of smallholder farmers, the destruction of natural habitats, and the loss of traditional livelihoods. This has had a negative impact on food se

4 Pelajaran Terbaik yang Saya Dapatkan di 30DWC Jilid 34

Rabu, 19 Januari 2022 adalah akhir dari tantangan 30 hari menulis tanpa henti. Kami menyebutnya 30DWC (30 Days Writing Challenge ). Kegiatan yang saya ikuti ini sudah sampai pada jilid ke 34. Program 30DWC ini dirancang untuk melatih kebiasaan menulis bagi mereka yang mau membiasakan diri menulis.  Saya mengikuti 30DWC ini karena memang ingin menantang diri saya sendiri. Apakah saya bisa menulis setiap hari tanpa henti? Ya, ternyata saya bisa. Selama sembilan hari saya sangat bersemangat. Setiap hari saya mengunggah tulisan di blog pribadi. Tercatat ada 2 tulisan non fiksi dan tujuh tulisan fiksi berupa cerpen bersambung. Namun, konsistensi menulis itu hanya bertahan sampai hari kesembilan. Memasuki hari kesepuluh, saya sudah tidak sanggup. Kemudian mundur secara konsisten dan menghilang ditelan kesibukan.  Enam hari menjelang berakhirnya 30DWC, semangat menulis kembali muncul karena dorongan dari teman-teman. Saya lalu menyemangati diri sendiri, bahwa saya bisa menuntaskan perjalanan