Skip to main content

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan. 

Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan. 

Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out.

Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup. Hari demi hari, hutang tulisan saya menumpuk. Bayangkan, saya tidak menulis sejak hari kesepuluh. Berapa banyak tulisan yang harus saya buat? 

Terbersit asa, saya harus bangkit dan menuntaskan perjalanan ini. Hal terpenting adalah tekad untuk menuntaskan perjalanan, serta dukungan dari teman-teman dari para mentor yang setia mendampingi dan menemani. 

Akhirnya semangat menulis itu bangkit kembali. Perjalanan kembali dimulai dengan langkah-langkah pendek. Salah satu momen kebangkitan itu adalah menulis berita tentang lomba merangkai bouquet yang diikuti oleh istri pada tanggal 8 Januari 2022. Itu adalah unggahan pertama saya di blog setelah beberapa waktu diam tanpa kata.

Unggahan tersebut belum berani saya kirim di grup Aksara. Hutang tulisan saya sangat banyak. Maka, saya harus kembali dengan logistik yang cukup untuk menutup tumpukan hutang tersebut. Setelah momen kebangkitan pertama itu, mulailah ide menulis bermunculan. 

Hari ke 27 adalah momen bersejarah kebangkitan saya di #30DWC. Saya sudah menyiapkan logistik yang cukup sambil menghitung energi. Sebanyak 14 tulisan sudah saya unggah di blog dan siap saya laporkan di grup. Ke 14 tulisan tersebut untuk menebus hutang tulisan hari ke 10 sampai 24. 

Tentu hutang saya belum lunas, tapi setidaknya, saya bisa mengurangi beban hutang tulisan. Jumlah tulisan yang harus saya laporkan berkurang menjadi 4 tulisan. Saya rasa menyiapkan empat tulisan tidak begitu berat dibandingkan 14 tulisan.

Mendekati masa pelunasan, hati ini rasanya haru dan senang. Ternyata saya bisa mengejar ketertinggalan itu. Hari ke 28 saya mengunggah 4 tulisan. Keempat tulisan ini sebagai pelunas hutang. Saya bahagia karena bisa mencapai titik di mana tidak ada tanda "STOP" pada nama saya di WA grup Aksara. Kepuasaan ini sangat mengharukan. Suasana tersebut ditambah lagi dengan sambuatan hangat dan meriah dari teman-teman sesama fighter dan para mentor.  

Tulisan ini adalah unggahan hari ke 29. Satu hari menjelang berakhirnya #30DWC. Tulisan ini saya dedikasikan untuk semua fighter #30DWC jilid 34. Di mana ada niat, di situ ada jalan. Namun, itu saja tidak cukup, saya masih perlu dukungan teman-teman dan para mentor menyelesaikan tantangan ini. 

Semoga semangat menulis ini bisa terus digelorakan dan dapat membangkitkan semangat menulis untuk para fighter di jilid-jilid selanjutnya. Terima kasih.

Comments

Jirfani said…
Selamat, Kak Hendra!!

Saya sungguh bahagia waktu tau Kakak mengejar sedemikian gigihnya!!

Keren!!
Hendra said…
Terima kasih banyak atas apresianya kak. Semoga tetap bisa menulis walau pelatihan sudah selesai ya. Tetap semangat!
Dwi Noviyanti said…
Wahhh.. Ka Hendra, keren ...
Saya baca tulisan kakak karena urusan per-votingan antologi, he-he-he
Tahukah kak tulisan kakak di Day 27 dan 28 jadi salah satu favorit saya.
Padahal saya ngga tahu kalau ternyata kakak salah satu fighter comeback.
Saya suka baca tulisannya :)
Hendra said…
Terima kasih Kak Dwinov. Terima kasih atas apresiasinya dan votingnya. Iya saya sempat DO tapi karena teman-teman yang hebat, saya bisa lolos juga.

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...