Skip to main content

Pusara Merdeka

Suara ini begitu kentara
kuat mendobrak pintu pusara
tak henti bak baris tentara
maju teguh ke medan laga

Kata demi kata kembali telisik
teriakan sanubari nan memekik
merdeka atau mati
semboyan kekal demi negeri

Silih berganti sang kala
lewati segala realita
saat kembali renung merdeka
tampak semua tak sempurna

Aku artikan merdeka
bukan kedaulatan negara belaka
rakyat negeri sejahtera
itulah bisik sang empunya suara

Kini semua semu adanya
banyak kabar siar berita
lihat warga gugat angkara
kemakmuran jauh tak terkira

Sengsara harta jiwa dan raga
lebih derita dari zaman tetua
yang saksi bersimpuh duka
ratap sedih pejuang negara

Indonesia merdeka ada di mana
makmur bahagia tidak merata
satu demi satu buka suara
mulai bertanya aku ini milik siapa

Kecewa amarah pada penguasa
tak pernah lekang dirundung masa
itulah potret kondisi negara
yang kau sebut Indonesia

Sejenak ku ragu pada merdeka
di manakah sejahtera merata
Kemelaratan dan sengsara makin meraja
di bumi yang kaya raya

Adakah sudi telisik
kala durjana mengilik
apakah kau sedia melirik
ketika derita nurani terusik

Inilah jerit sukma mendesah
Oh kaum bangsa tak tentu arah
hati ini makin gelisah
lihat bangsa mulai goyah

Tak cukupkah juang bakti
hingga kami harus kembali
raih merdeka abadi
yang diimpi tiap insani

Oh kaum pandai penuh prestasi
masihkah kau peduli insani
jangan lupa asah nurani
buka hati saling mengasihi

Ku tak kuasa tuk kembali
ini bukan masa kami
bangsa gemilang penuh prestasi
ulurkan tanganmu bantu negeri

Kewajiban kami jaga pertiwi
sudah lewat di telan bumi
ini saat kau pegang kendali
berbuat berbagi untuk negeri

Detak jantung semangat mu
biarlah jadi pemacu
satu demi satu saling bantu
jangan kalian asyik beradu

Siasat demi kesejahteraan
laksana air beri kesegaran
bijaksana dasar keadilan
tuk wujud kemerdekaan

Semangat dan jiwa kami masih hidup
dalam jantung yang berdegup
kami tahu kalian sanggup
beri merdeka yang terkatup

Duli bakti bagi negeri
tetap kobarkan cita murni kami!

Comments

hendra said…
terima kasih kawan.. mari berbakti nagi negeri

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...