Skip to main content

Ganyang Malaysia!

Darah ini telah mendidih
tersayat sembilu nan perih
napas dan jerit merintih
apakah pantas ku bersedih?

Wahai engkau bangsa merdeka
apakah kau peduli negara
ketika sang durjana berlaku nista
di daulat negeri tercinta

Sabar ini sudah habis
menjadi korban nafsu bengis
mengapa ku hanya bisa menangis
saat durjana menyerang sadis

Zaman dan masa telah berlalu
saudara serumpun masih yang itu
hati dan pikir mereka buntu
selalu anggap kita seteru

Negeri kaya tanpa daya
mengapa gerang tak kau bela
putra bangsa teraniaya
emban tugas suci mulia

Di manakah sang penguasa?
ketika putra bangsa ternista
saat nyawa tidak berharga
dan kita hanya bisa terpana

Jika Putra Fajar kuasa berlaga
tanpa prasangka akan dibela
perintah tegas serta mulia
tuk jaga kita punya wibawa

Ingin mulut ini teriak
kaki dan tangan siap gerak
hati dan jiwa bersatu tindak
tuk jaga jaya saudara dan sanak

Tangan rela sudah terkepal
hati jiwa berbulat tekad
kirim kami ke ujung tapal
bawa derita pada si laknat

Kehormatan kita sebagai bangsa
berulang kali telah terhina
generasi tua berkata:
kita selesaikan dengan kata

Oh.. mengapa ini terlihat sulit
semua seolah berbelit
tiada tindakan gesit
tak ada daya pikir terbersit

Dengan apa ku bisa membela
jika sang penentu tak berkutik jua
bila kau titahkan saja
anak bangsa siap bela

Ku pikir enyahkan saja
gelorakan semangat baja
ganyang Malaysia! gayang Malaysia!
anak bangsa persada siap korbankan jiwa raga

Sudah cukup penghinaan ini
ku tak sabar melihat pertiwi
tersingkir dan dinodai
durjana manis berlidah belati

Putra Fajar yang mulia
pertiwi rindu pekikan paduka
kapankah akan bergema di udara
pekik membahana getarkan durjana: ganyang Malaysia!

Comments

Wahyudi Blog said…
ganyang Malaysia! gayang Malaysia!
anak bangsa persada siap korbankan jiwa raga...!!!

Wow, Bagus nih...
sangat inspiratif...

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda

Impact of Agrarian Change in Indonesia

Indonesia is a country that is facing a number of challenges related to food security and social protection, particularly in the context of agrarian change. On one hand, the country has seen an increase in agricultural productivity and exports, which has contributed to economic growth and development. On the other hand, this agrarian change has also led to a number of paradoxes, including a decline in food security and social protection for many of the country's most vulnerable citizens. One of the main drivers of agrarian change in Indonesia is the expansion of commercial agriculture, particularly in the form of large-scale oil palm and pulpwood plantations. This expansion has brought significant economic benefits to the country, including increased exports, foreign investment, and job creation. However, it has also led to the displacement of smallholder farmers, the destruction of natural habitats, and the loss of traditional livelihoods. This has had a negative impact on food se

4 Pelajaran Terbaik yang Saya Dapatkan di 30DWC Jilid 34

Rabu, 19 Januari 2022 adalah akhir dari tantangan 30 hari menulis tanpa henti. Kami menyebutnya 30DWC (30 Days Writing Challenge ). Kegiatan yang saya ikuti ini sudah sampai pada jilid ke 34. Program 30DWC ini dirancang untuk melatih kebiasaan menulis bagi mereka yang mau membiasakan diri menulis.  Saya mengikuti 30DWC ini karena memang ingin menantang diri saya sendiri. Apakah saya bisa menulis setiap hari tanpa henti? Ya, ternyata saya bisa. Selama sembilan hari saya sangat bersemangat. Setiap hari saya mengunggah tulisan di blog pribadi. Tercatat ada 2 tulisan non fiksi dan tujuh tulisan fiksi berupa cerpen bersambung. Namun, konsistensi menulis itu hanya bertahan sampai hari kesembilan. Memasuki hari kesepuluh, saya sudah tidak sanggup. Kemudian mundur secara konsisten dan menghilang ditelan kesibukan.  Enam hari menjelang berakhirnya 30DWC, semangat menulis kembali muncul karena dorongan dari teman-teman. Saya lalu menyemangati diri sendiri, bahwa saya bisa menuntaskan perjalanan