Skip to main content

Pelibatan Warga dalam Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan warga Bukit Duri merupakan perjuangan panjang dalam mewujudkan lingkungan bantaran kali yang kumuh menjadi lingkungan yang nyaman untuk dihuni. Peran aktif warga dan dukungan dari para motivator warga merupakan kunci keberhasilannya. Berikut beberapa tips dam trik dalam memulai kegiatan pengelolaan lingkungan yang melibatkan warga secara aktif.

Persiapan Kegiatan
1. Cari permasalahan lingkungan yang perlu diselesaikan di wilayah.
2. Siapkan ide pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan di warga.
3. Kumpulkan warga yang berminat menjadi kader pengelola lingkungan.
4. Bagikan ide tersebut kepada calon kader pengelola lingkungan.
5. Sosialisasikan ide kegiatan kepada warga.
6. Gambarkan ide pengelolaan lingkungan untuk memudahkan dalam sosialisasi.

Pelaksanaan dan Pemantauan Kegiatan
1. Buat rencana kegiatan tertulis yang dapat dilihat kader lingkungan.
2. Mulailah kegiatan dalam bentuk kecil sebagai percontohan warga, misal tingkatan rumah.
3. Perkuat kebersamaan di antara kader lingkungan yang sudah terbentuk.
4. Sosialisasikan ke warga kegiatan percontohan yang sudah dilakukan.
5. Kegiatan percontohan sebaiknya dimulai dari rumah setiap kader lingkungan.
6. Selalu melibatkan tetangga dalam melakukan kegiatan.

Evaluasi Kegiatan
1. Lakukan evaluasi secara berkala untuk menilai keberhasilan kegiatan yang dilakukan.
2. Libatkan kader lingkungan dan warga yang aktif dalam evaluasi kegiatan.
3. Jika memungkinkan, libatkan lembaga luar atau motivator warga untuk terlibat dalam evaluasi.
4. Catat setiap hasil diskusi sebagai pengingat apa saja yang telah terlaksana dan apa saja yang belum tercapai.

Rencana Selanjutnya
1. Gunakan hasil evaluasi untuk merancang kegiatan berikutnya.
2. Selalu ajak dan libatkan warga untuk terlibat aktif yang dilakukan.
3. Pertahankan hasil yang sudah dicapai dan mengupayakan mengerjakan kegiatan yang belum terlaksana.
4. Libatkan pengurus wilayah setempat atau pihak yang berkepentingan dalam melaksanakan kegiatan.

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda

Impact of Agrarian Change in Indonesia

Indonesia is a country that is facing a number of challenges related to food security and social protection, particularly in the context of agrarian change. On one hand, the country has seen an increase in agricultural productivity and exports, which has contributed to economic growth and development. On the other hand, this agrarian change has also led to a number of paradoxes, including a decline in food security and social protection for many of the country's most vulnerable citizens. One of the main drivers of agrarian change in Indonesia is the expansion of commercial agriculture, particularly in the form of large-scale oil palm and pulpwood plantations. This expansion has brought significant economic benefits to the country, including increased exports, foreign investment, and job creation. However, it has also led to the displacement of smallholder farmers, the destruction of natural habitats, and the loss of traditional livelihoods. This has had a negative impact on food se

4 Pelajaran Terbaik yang Saya Dapatkan di 30DWC Jilid 34

Rabu, 19 Januari 2022 adalah akhir dari tantangan 30 hari menulis tanpa henti. Kami menyebutnya 30DWC (30 Days Writing Challenge ). Kegiatan yang saya ikuti ini sudah sampai pada jilid ke 34. Program 30DWC ini dirancang untuk melatih kebiasaan menulis bagi mereka yang mau membiasakan diri menulis.  Saya mengikuti 30DWC ini karena memang ingin menantang diri saya sendiri. Apakah saya bisa menulis setiap hari tanpa henti? Ya, ternyata saya bisa. Selama sembilan hari saya sangat bersemangat. Setiap hari saya mengunggah tulisan di blog pribadi. Tercatat ada 2 tulisan non fiksi dan tujuh tulisan fiksi berupa cerpen bersambung. Namun, konsistensi menulis itu hanya bertahan sampai hari kesembilan. Memasuki hari kesepuluh, saya sudah tidak sanggup. Kemudian mundur secara konsisten dan menghilang ditelan kesibukan.  Enam hari menjelang berakhirnya 30DWC, semangat menulis kembali muncul karena dorongan dari teman-teman. Saya lalu menyemangati diri sendiri, bahwa saya bisa menuntaskan perjalanan