Skip to main content

Johan & Heny Wedding Part 1

Palembang sepertinya kota dengan daya tarik yang aneh. Beberapa kawan perempuan yang menurut sudut pandangku memikat kebanyakan adalah orang Palembang ataupun keturunan sana. Entahlah apakah ini sebuah kuis kehidupan?

Tanggal 6 Desember aku menginjakan kaki kembali di Bumi Sriwijaya setelah kunjunganku yang pertama saat libur lebaran tahun 2007. Kunjungan kali ini bukan untuk berlibur tapi untuk menghadiri pesta pernikahan sahabatku masa kuliah di Jogja. Hidup memang penuh misteri. Ini berlaku pada para sahabatku di BEAR Team. Kekasih mereka di masa kuliah ternyata bukanlah pendamping di pelaminan. Anyway life must go on. Dan itulah yang terjadi. Dalam prosesi pernikahan Johan & Heny, aku berkesempatan untuk membantu proses persiapannya.

Tanggal 6 Desember jam 11, tiba di pool Lorena dan dijemput Mas Bambang, sopir kantor Heny. Aku diantar sampai rumah Johan, sebuah ruko di jalan Dr. M. Isa yang bernama Sumber AC. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku dan Johan segera menyiapkan ruangan dengan menata meja dan kursi karena pada pukul 14 akan ada perayaan pra pernikahan dengan teman-teman mempelai. Setelah tempat siap, aku dan Johan mengambil makanan di ruko ortu Johan di jalan Sudirman. Kembali lagi ke Sumber AC, makanan dan minumanpun ditata di atas meja. Karena saking capeknya dalam perjalanan aku putuskan untuk tidur sejenak. Saking lelapnya sampai tidak tahu kalau acara sudah selesai. Syukur Johan bangunkan dan mengajak untuk bertemu Heny yang sudah cantik setelah berias. Dan benar saja, saat aku sambangi dia nampak makin cantik saja dengan balutan gaun kuning keemasan. She looked so
awesome. Setelah makan sejenak, ruanganpun segera dirapikan kembali.

Setelah beres, aku dan Johan lalu bertolak ke rumah Heny di Kenten, sebuah rumah mungil tapi menarik. Kami berencana menjemput Heny dan kawannya Afang dan Elly. Tujuan selanjutnya adalah ke Hotel Quality tempat akan dilangsungkannya Pesta Pernikahan. Sesampainya di hotel kami lalu bergegas menuju ballroom yang berada di lantai 2. Sesampainya di lokasi tempat sudah siap tinggal mencek ulang pernak pernik kecil saja, seperti dekorasi tambahan, tayangan slide foto dan konsumsi. Pengisi acara seperti MC dan kid dancer sempat membuat panik, pasalnya sampai detik-detik terakhir belum ada konfirmasi. Tapi syukurlah menjelang malam semua persiapan sudah beres, tinggal make sure everything is OK by Elly dan Afang.

Setelah hotel siap kami berenam lalu menuju Qantin resto untuk mengembalikan energi. Selera makan kami nampaknya mulai hilang karena berkonsentrasi dengan acara besok. Makanan yang nampak lezatpun tidak dapat menggoda air liur kami. Setelah kenyang kami bergegas pulang karena besok acara akan padat sekali.

Setelah mengantar Elly dan Afang, kami menuju rumah Johan untuk mengambil tasku, lalu mengantar Heny ke rumah Kuto. Di Kuto kami berpisah, Johan pulang ke rumah. Sedangkan aku diantar Acung adik Heny. Aku dan Acung akan menginap di rumah Kenten. Dalam perjalanan itu kami mengajak Abob, teman Acung karena dia yang akan jadi driver mobil cadangan. Sampai di Kenten kami bergegas tidur karena esok harus berangkat jam 5 ke bridal salon.

Tanggal 7 Desember pukul 4, kami sudah bangun dan bersiap diri. Dengan memakai Nissan X-Trail, sang mobil pengantin kami bergerak menuju Johanes Bridal. Mobilnya juga akan didandani seperti pemiliknya. Sampai di bridal ternyata masih sepi. Baru ada Heny, mamanya dan Ping Ping sang keponakan yang jadi pengiring pengantin.

Sejurus kemudian proses make overpun mulai berjalan. Beberapa saat kemudian datanglah Johan dan mamanya. Proses rias perempuan ternyata perlu waktu lama, karena selain poles wajah, rambutpun tidak lupa untuk ditata. Sebuah proses yang membosankan. Sangat beda dengan Johan, yang hanya gunting rambut dan make up wajah seperlunya. Tapi setelah proses itu, para perempuan yang telah di make over itu berubah menjadi anggun dan menawan. Apalagi saat kedua mempelai sudah mengenakan pakaian pengantin, mereka nampak gagah dan anggun dalam balutan pakaian pengantin putih.

Tahapan berikutnya, kedua mempelai kembali ke rumah masing-masing. Mempelai pria menjemput mempelai perempuan di Kenten. Dengan mobil pengantin, Johan sampai di rumah Kenten. Sebelum masuk ke rumah, Johan disambut mama dan Erik, adik Heny. Sedangkan di dalam Heny sudah bersiap diri. Di pintu depan, Johan mengambil jeruk yang dibawa Erik dan menyerahkan angpaw pada mama. Itu merupakan simbol bahwa Johan sudah diizinkan untuk membawa Heny keluar rumah. Kemudian Johan masuk ke dalam kamar dan menyerahkan buket ke Heny. Setelah proses ini, Johan membuka kain tudung wajah lalu menyerahkan angpaw pada keluarga mempelai perempuan. Setelah melalui proses ini, barulah mempelai perempuan bisa dibawa ke rumah mempelai pria.

Dengan mobil pengantin, kedua mempelai menuju rumah Johan untuk dikenalkan pada keluarga mempelai pria. Prosesi ini disimbolkan dengan papa dan mama Johan menggandeng ke dua mempelai menuju kamar pengantin. Sampai di kamar, ke dua mempelai menghormat 3 kali ke ranjang pengantin.

Upacara kemudian dilangsungkan di rumah ortu Johan untuk penghormatan pada leluhur. Acara ini dilakukan di lantai atas. Kedua mempelai membakar dupa dan menghormat ke altar sebanyak 3 kali. Setelah itu meletakkan secangkir tuak di atas altar.

Seusai penghormatan leluhur, upacara kemudian dilanjutkan dengan upacara minum teh di rumah Johan. Prosesi dilakukan berurutan dari ortu kemudian lanjut ke keluarga Johan tertua. Kedua mempelai memberikan teh kepada papa dan mama. Kemudian papa dan mama akan memberikan perhiasan pada kedua mempelai yang langsung dikenakan saat itu juga. Perhiasan yang diberikan antara lain kalung, cincin dan gelang. Kemudian kedua mempelai memberikan bingkisan kecil sebagai
ucapan terima kasih. Prosesi ini diakhiri dengan foto bersama.

Menjelang siang kami lalu bergerak menuju hotel untuk mempersiapkan acara selanjutnya. Sambil menunggu saatnya tiba, aku bersama fotografer dan kameraman beristirahat sejenak di kamar 524, yang memang sudah disiapkan untuk aku menginap.

Jam 15 persiapanpun kembali dilakukan. Kali ini diawali dengan upacara minum teh dari pihak mempelai perempuan. Upacara dilakukan di meeting room lantai 2. Prosesi tidak ada beda dengan tahapan sebelumnya. Upacara ini diakhiri dengan foto bersama keluarga. Kedua mempelai kemudian kembali lagi ke kamar untuk persiapan pesta pernikahan malamnya.

Persiapan pesta sudah selesai menjelang magrib saat para tamu undangan berdatangan. Tamu yang datang mengisi buku tamu dan memasukkan angpaw ke dalam kotak yang disediakan, kemudian disambut oleh keluarga dan ortu kedua mempelai.

Pesta pernikahan dimulai dengan masuknya rombongan penari melayu modern. Sebuah perpaduan yang mengagumkan bagi pernikahan orang tionghoa yang aku tahu. Setelah rombongan penari keluar, masuklah ortu mempelai pria lalu disusul dengan ortu mempelai perempuan. Mereka kemudian menempati kursi yang sudah disiapkan di panggung. Tidak lama kemudian masuklah kedua mempelai dengan anggunnya ke dalam ballroom. Setelah mereka duduk, pesta dilanjutkan dengan penghormatan kepada ortu mempelai pria dan perempuan yang dilanjutkan dengan penghormatan antara kedua mempelai. Dan diakhiri oleh penghormatan kedua mempelai kepada para tamu undangan. Seusai penghormatan, dilakukan pemasangan cincin kawin yang diawali Johan kemudian diakhiri oleh Heny. Kedua mempelaipun saling cium pipi.

Acara dilanjutkan dengan pemotongan kue pengantin yang dilakukan mempelai dari bawah ke atas. Potongan kemudian diberikan secara bergiliran kepada kedua ortu mempelai oleh mempelai dengan cara menyuapkan roti kepada papa dan mama. Prosesi potong kue ini diakhiri dengan memakan potongan kue bersama. Its look so romantis. I love this part. Kedua mempelai dan ortu kemudian turun dari panggung dan menuju meja makan untuk bersantap malam bersama. Ini menjadi tanda untuk
dimulainya makan para tamu undangan dan dimulainya hiburan.

Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan pemberian mawar pada keluarga dan teman yang berjasa pada kelancaraan acara.

Bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...