Skip to main content

Reuni Alumni

Mendengar kata "Reuni", yang terlintas pasti adalah bersenda gurau dengan kawan lama yang jarang berjumpa. Selain itu pasti membahas kenangan masa lalu yang tidak terlupakan atau sekedar membongkar kembali ketidaksukaan pada sesuatu atau seseorang. Yang tidak kalah pentingnya adalah pelepas rasa kangen dan tentunya dalam suasana gembira.

Karena itu pada 30 Juli lalu, beberapa alumni Fakultas Biologi UKDW yang bekerja di sekitaran Jakarta bersepakat berkumpul di Taman Suropati Jakarta Pusat. Pemilihan area publik ini memang sengaja untuk memberikan suasana pertemuan yang berbeda. Agar lebih santai dan terlihat semangat kekeluargaan. Di luar dugaan, ternyata alumni biologi banyak juga yang mencari sesuap nasi di Jakarta. Setelah dikumpulkan ternyata ramai juga. Walaupun kami dari angkatan yang berbeda-beda, mulai dari angkatan 1989 - 2002, itu bukanlah hambatan untuk membangun rasa persaudaraan antar alumni.


Dari kiri ke kanan depan : Michael 01, Franky 98. Belakang : Tanto 98, Amy 89, Sarjeny 98, Nida 99, Priskilia 91, Sanry 02.

Beda angkatan, beda profesi tidaklah membatasi semangat kami. Keprihatinan atas kondisi fakultas dan apa yang alumni dulu alami saat kuliah merupakan semangat pemersatu kami. Berbagai macam obrolan mulai dari yang tidak pakai otak "gosip murahan jaman baheula, cinta monyet saat KKN", sampai yang terdengar sok serius "mikirin nasib fakultas, adik tingkat dan jejaring alumni." Mau lihat bagaimana kalau alumni pada ngumpul?? Lihat di sini.

Reuni ini bukanlah formalitas belaka, namun dibalik itu, yang sedang kami bangun adalah jejaring antar alumni yang lebih baik lagi tentunya dengan semangat kekeluargaan. Bahasa kerennya, saling memberdayakan alumni. Viva Alumni Fabio UKDW.

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...