Skip to main content

Sehari 2 Gelas Kopi, Dapat Menurunkan Resiko Kanker Hati

(Erabaru.or.id) - Menurut laporan yang diterbitkan majalah “ilmu penyakit lambung dan usus” AS, bahwa dengan 2 gelas kopi sehari dapat menurunkan 43% resiko mengidap penyakit kanker hati.


Bagi sebagian besar orang, kopi yang kental dan harum merupakan kenikmatan tersendiri. Kopi, bukan saja nikmat, tapi dari hasil penelitian sekarang didapati bahwa kopi juga memiliki efek terapi. Dalam laporan di majalah ilmu penyakit lambung dan usus AS,dua peneliti asal Swedia menyebutkan,bahwa sehari 2 gelas kopi,dapat mengurangi 43% resiko mengidap penyakit kanker hati , dan menurut dunia kedokteran nasional, ini memang memungkinkan.


Kedengarannya, minum kopi banyak sekali manfaatnya, hanya saja kafein yang terkandung di dalamnya, mungkin bagi orang tertentu dapat menyebabkan terjadinya palpitasi (denyut jantung yang cepat)dan insomnia, dokter menyarankan, sebaiknya jangan dikarenakan demikian, lantas minum secara berlebihan.


Selain itu, ada juga laporan yang menyebutkan,minum kopi mungkin dapat menyebabkan kehilangan zat tulang dan mengakibatkan osteoporosis,sampai sekarang,laporan terkait ini masih terus diperdebatkan,sebenarnya bagaimana semestinya dan berapa banyak kopi yang layak dikonsumsi, baru bermanfaat bagi tubuh,hal ini tampaknya masih perlu diteliti lebih lanjut dalam skala besar.

Sumber : Dajiyuan

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...