Skip to main content

StuNed, Tiket Masuk ke Eropa

Peluang mengikuti pertukaran pelajar ke Korea Selatan tidak lolos. Ada untungnya juga, karena saya bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu dan bekerja untuk selanjutnya menyiapkan keberangkatan ke luar negeri.

Lulus kuliah tahun 2006 dan lanjut bekerja pada akhir tahun itu. Pada awal menekuni pekerjaan di LSM lingkungan, sepintas jauh panggang dari api. Impian untuk pergi ke luar negeri bagai pungguk rindukan bulan. Namun bekerja sekitar 4 tahun, tepatnya Juni 2010, terbuka peluang tersebut melalui jalur pertemanan. Seorang teman menawarkan peluang beasiswa StuNed ke Belanda untuk sebuah program sandwich khusus untuk staf LSM yang bermitra dengan Yayasan KEHATI. 

Melihat peluang tersebut, tanpa pikir panjang, segera saya memenuhi persyaratan yang diminta. Salah satunya adalah test TOEFL. Pada dasarnya memang tidak ada rencana sistematis untuk pergi ke luar negeri, test TOEFL itupun dipersiapkan seadanya. TOEFL yang saya ambil kalau tidak salah ingat adalah ITP, bukan TOEFL sebenarnya.

Skor TOEFL yang saya dapatkan bisa dibilang menengah, tidaklah terlalu tinggi. Skor pastinya saya sudah lupa. Yang pasti, berbekal skor TOEFL tersebut saya mendaftar beasiswa StuNed. Syukur Puji Tuhan, saya lolos seleksi administrasi dan lanjut ke tahap wawancara di Kedutaan Belanda di Kuningan, Jakarta Selatan.

Proses wawancara berjalan santai. Seorang Belanda yang mewawancarai saya kagum dengan kemampuan saya menjawab pertanyaan dia. Dia melihat skor TOEFL yang saya miliki dan kemampuan saya menjawab selama wawancara. Saya masih ingat betul, di akhir wawancara dia berkata "Bahasa Inggrismu bagus, seharusnya skor TOEFL mu bisa lebih tinggi lagi." Mendapat pujian itu tentu membuat bangga juga. 

Singkat cerita, saya dan 17 orang teman diterima sebagai penerima beasiswa StuNed ini dan dinyatakan layak mengikuti program pelatihan di Utrecht University, Belanda. Program ini dilaksanakan mulai 19 Oktober sampai 9 Oktober 2010. StuNed, tiket masuk Eropa sudah di tangan. Saatnya petualangan ke luar negeri di mulai.


Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...