Skip to main content

Bertemunya Laskar Pelangi Jabodetabek

Perjuangan itu kini sudah melahirkan bayi yang menunggu dalam masa pengasuhan. Bertempat di Edie's Kitchen Mal Citraland (Minggu, 29 November 2009) jam 12.00 - 15.00 WIB. Pertemuan yang dihadiri oleh 17 orang alumni ini sangat meriah, pasalnya Pak Guntoro dan Pak Guruh, selaku perwakilan fakultas menyempatkan hadir dalam reuni ini.

Reuni jilid II ini terasa meriah, pasalnya beberapa teman alumni mengajak serta anak dan suami/istri. Suasana yang timbul adalah acara temu kangen keluarga alumni. Alumni yang hadir cukup bervariasi, baik dari angkatan maupun profesinya. Alumni tertua berasal dari angkatan 1989 dan yang termuda adalah angkatan 2004.

"Alumni kita itu seperti pelangi. Itulah uniknya fakultas biologi UKDW. Kami membekali mahasiswa dengan ilmu yang umum, harapannya para lulusan bisa fleksibel dalam mencari lapangan kerja. Dan saat ini kita sudah melihat hasilnya" sambut Pak Guntoro di tengah diskusi dengan alumni.

Dibukanya fakultas kedokteran merupakan info terbaru yang saat itu disampaikan ke alumni angkatan lama. Berita ini merupakan kebahagiaan bagi rekan alumni. Di sisi lain, Pak Guntoro juga mengungkap fakta bahwa saat ini jumlah mahasiswa fakultas biologi mengalami penurunan, tidak hanya di UKDW saja tapi juga program studi biologi di universitas yang lain.

"Jika kita melihat profil pekerjaan alumni saat ini, banyak yang bergerak di bidang pendidikan dan marketing. Menurut saya lulusan biologi ini memiliki potensi kerja yang luas sekali. Dan jangan salah kita memiliki kompetensi yang tidak dimiliki oleh lulusan lain", ujar Efendi Zebua alumni 1989. "Mungkin ke depan, tidak menutup kemungkinan jika fakultas memfasilitasi mahasiswa untuk dibekali ilmu marketing, sehingga saat mereka lulus nanti, para mahasiswa sudah siap dengan lapangan kerja" tegas Efendi.

Dalam perbincangan yang hangat ini banyak gagasan dan saran yang disampaikan alumni untuk membuat fakultas biologi semakin menarik para calon mahasiswa. Tidak hanya dari sisi kurikulum saja, tapi juga pembenahan website fakultas agar semakin menarik dan promosi ke sekolah yang dibantu oleh alumni setempat.

Semangat pergerakan alumni Jabodetabek ini dikukuhkan dengan dibentuknya kepengurusan IKADUWA Fakultas Biologi Jabodetabek. Pembentukan organisasi ini, menjadi wujud keseriusan para alumni Fabio untuk berbuat sesuatu yang lebih baik bagi fakultas, universitas untuk skala internal dan masyarakat serta bangsa pada skala eksternal. Kami kibarkan PanjiMu tinggi, Palang dan lilin yang menyala (Hendra Aquan/31010855).

NB:
Susunan Kepengurusan IKADUWA Fabio Jabodetabek (Periode 2010 - 2013):
# Ketua : Andre Dian Permana
# Sekretaris : Sari Kristanti Nugraheny
# Bendahara : RR Dewi Wahyuningrum
# Humas : Hendra Michael Aquan
# Koordinator angkatan :
- Angkatan 1987 - 1992 : Fransisca Dhani Kartika & Priskila Bintang C.
- Angkatan 1993 - 1996 : Jati Wicaksana & Sari Kristanti Nugraheny
- Angkatan 1997 - 2000 : Hotnida J. Situmeang & Jenny Tampubolon
- Angkatan 2001 - 2005 : Michael Dian Nugraha & Elfira Tarigan

Comments

Iwan Kecap said…
Brother tolong sharing hasil dari pertemuan alumni, sebagai bahan perbandingan kami untuk wilayah Kalimantan Tengah. Ok Thanks, sebagai tindak lanjutnya nanti akan kami sharingkan kembali hasil dari pertemuan kami.

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Muara Angke, Monumen HAM Abadi

Bagi para penikmat sejarah Batavia , asal muasal nama Muara Angke ini sangat banyak ragamnya. Dan menarik untuk disimak. Tapi dalam rangka peringatan hari Hak Asasi Manusia ( HAM ) 10 Desember ini, saya akan menuliskan ulang tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di Jakarta. Kita akan bernostalgia di Batavia zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie ( VOC ) berkuasa di Nusantara. Pada mulanya Belanda datang ke Nusantara dengan maksud berdagang rempah-rempah. Namun karena persaingan dagang di antara negara penjelajah-pedagang seperti Portugis, Spanyol dan Inggris semakin sengit, membuat Belanda makin sewot dan gerah. Harga jual rempah-rempah setibanya di Belanda sangatlah mahal, karena rantai distribusinya sangat panjang. Untuk memotong jalur ini, maka sejak 1602 Belanda memulai kegiatan dagangnya di Nusantara. Semenjak mendapatkan Nusantara, Belanda ”seng ada lawan”. Pasalnya, seluruh perdagangan rempah-rempah telah dikuasai VOC. Hegemoni perdagangan ini semakin lama semakin...