Skip to main content

Ribuan Massa Bersihkan Monas

Minggu, 28 juni 2009, relawan Jakarta Green Monster bersama Caring Community, Green Radio, HSBC dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah aksi masal bersih sampah di silang selatan Monas. Ini adalah aksi bersih sampah dengan peserta terbanyak yang pernah dilakukan JGM. Sekira 2.500 orang terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan dalam rangka peringatan ulang tahun Jakarta ke 482 ini.

Berbagai jenis sampah dapat ditemukan di sini. Namun, yang paling banyak adalah sampah plastik dan styrofoam. Dalam waktu 1 jam, jumlah sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 19,49 meter kubik atau setara dengan volume 2 moda transportasi kancil. Aksi yang digelar kali ini menggunakan konsep pasukan perang lengkap dengan gerobak sampah, kantong sampah, bendera warna sebagai identitas kelompok dan tentunya pasukan pembersih sampah.

Aksi bersih sampah “di luar kandang” ini merupakan salah satu bentuk kampanye untuk menumbuhkan kepedulian warga Jakarta pada sampah. Penentuan Monas sebagai tempat kegiatan, karena masalah sampah yang begitu parah di lokasi ini. Hadir pula dalam acara ini Fauzi Bowo dan Tatiek Fauzi Bowo. “Perilaku pengunjung Monas dalam membuang sampah ini sangat mengerikan. Mulai saat ini, mari kita menjaga Monas kita dari sampah dengan membuang sampah pada tempatnya“ pesan Gubernur saat membuka acara ini.

Dalam kesempatan ini dianugerahkan juga penghargaan untuk tokoh lingkungan yang menggalang kepedulian warga sekitarnya untuk peduli lingkungan. Mereka adalah Ida Suwardyah dari Seven Moms Kapuk Muara, Dwijo dari Ancol Sayang Lingkungan dan Neni. “Contoh yang sudah mereka berikan harapannya dapat menjadi inspirasi kita dalam mengelola sampah di lingkungannya“ ujar Fauzi saat menyerahkan trophy berbentuk replika Monas kepada para tokoh lingkungan tersebut.

Sumber : Ribuan Massa Bersihkan Monas

Comments

Popular posts from this blog

Akhirnya Kena Tilang Kedua

Nasib orang siapa tahu, kira-kira begitulah bunyi sebuah kata bijak yang kerap kita dengar. Kejadian itu akhirnya terulang lagi pada 2 September 2008 jam 23.30 di sekitaran Tebet. Hari itu aku ada pertemuan dengan Edy dan Nai di Mampang Prapatan. Biasalah membahas tentang kerjaan. Setelah selesai, jam 23.00 aku dan Edy beranjak pulang dengan rute pertama adalah mengantar Edy ke Cawang, karena dia akan pulang ke Bogor. Sesampainya di jalan protokol, saat akan putar balik ke arah Cawang perasaan mulai tidak enak. Di beberapa titik kami menyalip patroli BM. Sebenarnya kekhawatiran itu tidak perlu muncul jika saja lampu motorku bekerja dengan baik. Sebelumnya memang sudah diingatkan Pandam untuk berhati-hati jika melalui jalan protokol apalagi dengan lampu yang hidup enggan matipun tak mau, bakal jadi sasaran empuk patroli BM. Perjalan menuju Cawang tidak menemui hambatan berarti, walaupun pupil mata harus bekerja maksimal, maklum perjalanan hanya memanfaatkan cahaya bulan dan sorot kenda...

#30DWC : Saya Bangkit karena Kalian, Terima Kasih Teman!

Menginjak hari ke 29, saya menilai bahwa #30DWC merupakan tantangan yang luar biasa. Tulisan ini merupakan kilas balik perjalanan saya mengikuti tantangan 30 hari menulis tanpa henti (#30DWC). Para peserta dipaksa menulis dan mengunggah tulisan setiap hari pada jam yang telah ditentukan.  Pada awal bergabung di #30DWC saya berpikir bahwa menulis setiap hari itu mudah. Jumlah kata yang disyaratkan dalam tulisan harian tersebut minimal sebanyak 200 kata. Rekam jejak saya di enam hari pertama cukup baik. Tulisan saya rata-rata bisa membukukan 1.000 kata di setiap unggahan.  Memasuki hari ketujuh, saya masih bisa mengirim tulisan. Namun stamina menulis saya sudah menurun. Saya mulai terlambat mengirim tagihan tulisan. Puncaknya adalah hari kesembilan. Hari itu adalah hari terakhir saya mengirim tagihan tulisan ke WA grup Aksara. Memasuki hari kesepuluh saya tidak aktif sama sekali. Alhasil saya menyandang status drop out. Setiap hari muncul rekap hasil tulisan teman-teman di grup....

Impact of Agrarian Change in Indonesia

Indonesia is a country that is facing a number of challenges related to food security and social protection, particularly in the context of agrarian change. On one hand, the country has seen an increase in agricultural productivity and exports, which has contributed to economic growth and development. On the other hand, this agrarian change has also led to a number of paradoxes, including a decline in food security and social protection for many of the country's most vulnerable citizens. One of the main drivers of agrarian change in Indonesia is the expansion of commercial agriculture, particularly in the form of large-scale oil palm and pulpwood plantations. This expansion has brought significant economic benefits to the country, including increased exports, foreign investment, and job creation. However, it has also led to the displacement of smallholder farmers, the destruction of natural habitats, and the loss of traditional livelihoods. This has had a negative impact on food se...